Berdasarkan sejarah pertumbuhan dan
perkembangannya, sejarah sastra Indonesia dapat diikhtisarkan sebagai berikut (Soekono
Wirjosoedarmo, 1990: 1):
A.Sastra lama (sastra kuna atau klasik) …. ± 1800
Sastra yang dihasilkan sebelum
Abdullah Bin Abdul Kadir Munsyi dimasukkan kedalam suatu golongan yang dinamai Sastra Lama Atau Sastra Kuna Atau Sastra
Klasik.
Orang tidak dapat
memastikan sejak kapankah sastra lama mulai ada. Tetapi mengingat bahwa suatu
keindahan hanya mungkin dihasilkan manusia yang sudah beradab, kiranya dapat
ditentukan bahwa sastra lama mulai ada sejak permulaan peradaban bangsa
Indonesia.
Sastra lama memancarkan
semangat Animisme atau Dinamisme, Hinduisme, danIslamisme. Kepercayaan atau agama yang baru tidak berhasil melenyapkan
pengaruh kepercayaan atau agama yang mendahuluinya, sehingga kebudayaan yang
baru selalu mengandung unsur-unsur kebudayaan yang terdahulu. Hal itunyata jika kita perhatikan kehidupan
masyarakat pada zaman sekarang. Pengaruh Animisme atau Dinamisme yang sudah
amat tua itu hingga kini masih tetap terasa dalam kehidupanmasyarakan modern.
Ketiga jenis semangat
tersebut itulah yang menyebabkan sastra lama terbagi atas tiga periode, yakni: (1) sastra masa purba, (2) sastra masa
hindu, dan (3) sastra masa islam.
1.Sastra masa purba (…..± 500)
Sastra masa
purba ialah sastra yang tumbuh dan berkembang sejak zaman nenek moyang bangsa
Indonesia yang mendiami tanah air Indonesia mulai beradab sampai kedatangan bangsa
hindu. Bentuk pemakaian sastra pada masa purba berupa sastra lisan, karena waktu itu orang belum mengenal tulisan.
Sastra masa
purba memancarkan semangat Animisme dan Dinamisme. Hasil karya sastra masa
purba pada permulaanya tidak dipakai orang untuk menghibur diri, tetapi
dipergunakan sebagai medium untuk berhubungan dengan roh-roh nenek moyang yang
menurut anggapan masyrakat pada masa itu bersarang dimana-mana.
Contohnya: dongeng tentang pohon gadung
dan jagung, cerita tentang pak pander dsb.
2.Sastra masa hindu (± 500 - ± 1450)
Kira-kira tahun
500 di Indonesia sudah mulai kelihatan adanya sastra tertulis. Orang sudah
mulai mengenal tulisan setelah bangsa hindu dating ke Indonesia. Tetapi perlu
kiranya diingat bahwa orang yang mengenal tulisan pada waktu itu tidak banyak
jumlahnya, yakni hanya kalangan atas, misalnya raja-raja, pendeta-pendeta dan
sebagian kecil oaring kebanyakan, sedangkan orang-orang kebanyakan yang lain
lebih besar jumlahnya masih belum mengelan tulisan.
Bangsa Hindu
yang mula-mula datang ke Indonesia semata-mata untuk berdagang, ternyata dapat
menanamkan kebudayaannya hingga dalam sekali pada masyarakat Indonesia.
System feodalisme yang dibawanya kemari makin
bertambah kuat kedudukannya. Sejak itulah kebudayaan berpusat pada keratin, sehingga
sudah barang tetntu sastranyapunn bersifat istana sentries. Sastra hindu pada masa itu mendapat tempat utama.
Perlu kiranya di
ingat pula bahwa walaupun pada masa itu boleh dikatakan sudah ada sastra
tertulis, namun sastra tersebut hanya didapati orang pada prasasti-prasasti
(batu tertulis) peninggalan raja-raja, misalnya prasasti-prasasti yang terdapat
di Kutai, di Jawa Barat dekat Citarum, dan lain sebagainya.
Sastra tertulis
yang berupa buku-buku hanyalah yang berasal dari sastra Hindu. Dalam masyarakat
melayu, cerita-cerita yang berasal dari buku-buku tersebut telah berabad-abad
lamanya hidup dan menjadi milik masyarakat. Jalan ceritanya sudah banyaka yang
mengalami perubahan, lebih-lebih mengenai para pelakunya, sedangkan isinya
sering disesuaikan dengan keadaan di tanah Melayu.
Contoh; Hikayat pandawa lima, Balakanda,
Ayodyakanda.
3.Sastra masa Islam (± 1450 - ± 1800)
Sastra Islam
ialah sastra Indonesia yang sudah kena pengaruh agama islam setelah agama itu
masuk ke Indonesia. Agama islam masuk ke Indonesia, sedangkan penyebarnya adala
orang-orang Gujarat. Itulah pula sebabnya mengapa dalam sastra yang bercorak
islam sering masih terasa adanya pengaruh persi.
System feodalisme masih tetap bertahan, hanya
sekarang yang memegang peranan dalam sastra bukan lagi raja-raja
Indonesia-Hindu, melainkan Indonesia-Islam dengan menampilkan pahlawan-pahlawan
islam, serta penjelasan mengenai peraturan-peraturan dalam agama islam.
Sifat satra
indonesiapun pada waktu itu berubah menjadi ke arab-araban. Orang-orang melayu
bahkan menganggap Huruf Arab sebagai huruf mereka sendiri, yakni yang dinamai
Huruf Arab Melayu atau Huruf Jawi. Atas dasar itu pulalah maka tidak sedikit
buku-buku sastra Indonesia pada waktu itu yang memakai tulisan Jawi.
Contoh: cerita Tun Muhammad atau Tun
Seri Lanang, Cerita Hamzah Fansuri, Cerita Syamsuddin Al Sumatrani.
B.Sastra peralihan (± 1800 - ± 1908)
Sastra peralihan dinamai
pula sastra masa Abdullah Bin Abdul Kadir Munsyi.
Abdullah Bin Abdul
Kadir Munsyi boleh dianggap sebagai perintis jalan menuju sastra Indonesia
baru, karena dialah pujangga yang pertama kali menerobos benteng sastra lama. Dialah
orang yang pertama kali memberanikan diri meninggalkan ikatan-ikatan lama,
karena telah berani mengarang dalam bentuk dan cara lain daripada yang telah
lazim pada masa itu. Hal itu disebabkan oleh mata hati Abdullah yang mulai
terbuka dalam karang-mengarang setelah ia bergaul dengan orang-orang Barat
seperti Rafles, Milner dan lain sebagainya.
Sayanglah Abdulloh pada
masa hidupnya,, bahkan sampai meninggalnya pun ia tidak mempunyai pengikut.
Cita-citanya tidak ada yang meneruskan. Sejak ia meninggal sampai berdirinya
Komisi Bacaan Rakyat boleh dikatakan terjadi masa kekosongan dalam sastra
Indonesia. Setelah kira-kira 50 tahun sepeninggalnya, barulah cita-citanya itu
timbul kembali, diteruskan dan dikembangkan oleh angkatan baru.
Karya-karyanya: Hikayat Abdullah,
Sejarah Melayu, Hikayat Panja Tenderan Dan Lain Sebagainya.
C.Sastra Baru Atau Sastra Modern (± 1908 – sekarang)
Sastra yang dihasilkan
kira-kira 50 tahun setelah meninggalnya Abdullah Bin Abdul Kadir Munsyi sampai
sekarang.
Sastra Baru atau Modern terbagi atas dua
periode yakni:
1.Sastra masa
kebangkitan
a.Sastra periode
20 (± 1908 - ±1933)
Sastra angkatan 20
Sastra angkatan Balai Pustaka
Sastra Angkatan Siti Nurbaya
b.Sastra periode
30 (± 1933 - ± 1942)
Sastra angakatan 30
Sastra angkatan Pujangga Baru
c.Sastra periode
42 (± 1942 - ± 1945)
Sastra Masa Penduduka Jepang
2.Sastra masa
perkembangan
a.Sastra periode
45 (± 1945 - ±1952)
Sastra Angkatan 45
b.Sastra periode
50 (± 1952 - ± 1961)
Sastra Angkatan 50
c.Sastra Periode
66 (± 1961 - ± 1974)
Sastra Angkatan 66
d.Sastra Periode
70 (± 1974 – Sekarang)
Sastra Angkatan 70
Daftar Pustaka
Wirjosoedarmo,
Soekono. 1990. Sastra Indonesia Klasik:
Sastra Melayu Indonesia Untuk Sekolah Menengah. Surabaya: Sinar Wijaya.
Bulan Oktober
1941, Jenderal Hideki Tojo
menggantikan Konoe
sebagai Perdana Menteri Jepang. Sebenarnya, sampai akhir tahun 1940, pimpinan
militer Jepang tidak menghendaki melawan beberapa negara sekaligus, namun sejak
pertengahan tahun 1941 mereka melihat, bahwa Amerika Serikat, Inggris dan
Belanda harus dihadapi sekaligus, apabila mereka ingin menguasai sumber daya
alam di Asia Tenggara. Apalagi setelah Amerika melancarkan embargo minyak
bumi, yang sangat mereka butuhkan, baik untuk industri di Jepang, maupun untuk
keperluan perang.
Admiral
Isoroku Yamamoto, Panglima Angkatan Laut Jepang, mengembangkan strategi perang
yang sangat berani, yaitu mengerahkan seluruh kekuatan armadanya untuk dua
operasi besar. Seluruh potensi Angkatan Laut Jepang mencakup 6 kapal induk
(pengangkut pesawat tempur), 10 kapal perang, 18 kapal penjelajah berat, 20
kapal penjelajah ringan, 4 kapal pengangkut perlengkapan, 112 kapal perusak, 65
kapal selam serta 2.274 pesawat tempur. Kekuatan pertama, yaitu 6 kapal induk,
2 kapal perang, 11 kapal perusak serta lebih dari 1.400 pesawat tempur, tanggal
7 Desember 1941, akan menyerang secara mendadak basis Armada Pasifik Amerika
Serikat di Pearl Harbor di kepulauan Hawaii. Sedangkan
kekuatan kedua, sisa kekuatan Angkatan Laut yang mereka miliki, mendukung
Angkatan Darat dalam Operasi Selatan, yaitu penyerangan atas Filipina dan Malaya/Singapura,
yang akan dilanjutkan ke Jawa. Kekuatan yang dikerahkan ke Asia Tenggara adalah 11 Divisi
Infantri yang didukung oleh 7 resimen tank serta 795 pesawat tempur. Seluruh
operasi direncanakan selesai dalam 150 hari. Admiral Chuichi Nagumo memimpin
armada yang ditugaskan menyerang Pearl Harbor.
Hari minggu
pagi tanggal 7 Desember1941, 360 pesawat terbang yang terdiri dari pembom pembawa
torpedo serta sejumlah pesawat tempur diberangkatkan dalam dua gelombang. Pengeboman Pearl Harbor ini berhasil menenggelamkan
dua kapal perang besar serta merusak 6 kapal perang lain. Selain itu pemboman
Jepang tesebut juga menghancurkan 180 pesawat tempur Amerika. Lebih dari 2.330
serdadu Amerika tewas dan lebih dari 1.140 lainnya luka-luka. Namun tiga kapal
induk Amerika selamat, karena pada saat itu tidak berada di Pearl Harbor.
Tanggal 8
Desember1941,
Kongres Amerika Serikat menyatakan perang terhadap Jepang.
Perang
Pasifik ini berpengaruh besar terhadap gerakan kemerdekaan negara-negara di
Asia Timur, termasuk Indonesia. Tujuan Jepang menyerang dan menduduki
Hndia-Belanda adalah untuk menguasai sumber-sumber alam, terutama minyak bumi,
guna mendukung potensi perang Jepang serta mendukung industrinya. Jawa
dirancang sebagai pusat penyediaan bagi seluruh operasi militer di Asia
Tenggara, dan Sumatera sebagai sumber minyak utama.
Awal mula ekspansi Jepang ke Indonesia didasari
oleh kebutuhan Jepang akan minyak bumi untuk keperluan perang. Menipisnya
persediaan minyak bumi yang dimiliki oleh Jepang untuk keperluan perang
ditambah pula tekanan dari pihak Amerika yang melarang ekspor minyak bumi ke
Jepang. Langkah ini kemudian diikuti oleh Inggris dan Belanda. Keadaan ini
akhirnya mendorong Jepang mencari sumber minyak buminya sendiri.
Pada tanggal 1 Maret 1942, sebelum matahari terbit,
Jepang mulai mendarat di tiga tempat di Pulau Jawa, yaitu di Banten, Indramayu,
dan Rembang, masing-masing dengan kekuatan lebih kurang satu divisi.Pada
awalnya, misi utama pendaratan Jepang adalah mencari bahan-bahan keperluan
perang. Pendaratan ini nyatanya disambut dengan antusias oleh rakyat Indonesia.
Kedatangan Jepang memberi harapan baru bagi rakyat Indonesia yang saat itu
telah menaruh kebencian terhadap pihak Belanda. Tidak adanya dukungan terhadap
perang gerilya yang dilakukan oleh Belanda dalam mempertahankan Pulau Jawa ikut
memudahkan pendaratan tentara Jepang. Melalui Indramayu, dengan cepat Jepang
berhasil merebut pangkalan udara Kalijati untuk dipersiapkan sebagai pangkaan
pesawat. Hingga akhirnya tanggal 9 Maret tahun Showa 17, upacara serah terima
kekuasaan dilakukan antara tentara Jepang dan Belanda di Kalijati.
Sikap Jepang pada awal kedatangannya semakin
menarik simpati rakyat Indonesia. Dan kemenangan Jepang atas perang Pasifik
digembor-gemborkan sebagai kemenangan bersama, yaitu kemenangan bangsa Asia.
Saat tentara Jepang hendak mendarat di Indonesia, Pemerintah Jepang mengeluarkan
slogan-slogan : ”India untuk orang India, Birma untuk orang Birma, Siam untuk
orang Siam, Indonesia untuk orang Indonesia.” Jepang juga memberikan janji
kemerdekaan “Indonesia shorai dokuritsu”, dan membiarkan bendera Indonesia
dikibarkan. Bahkan sebelum Jepang mendarat di Pulau Jawa, siaran Tokyo sering
menyiarkan lagu kebangsaan Indonesia. Tindakan lain yang dilakukan oleh Jepang
adalah melakukan pelarangan terhadap penggunaan bahasa Belanda. Sejak itulah
bahasa Indonesia ikut berkembang dengan pesat. Keadaan sebelum kedatangan
Jepang juga dikisahkan sebagai berikut :
….Kalau malam, di radio,
disiarkan siaran-siaran radio Jepang yang berbahasa Indonesia, menganjurkan
supaya rakyat Indonesia berontak, sebelum Jepang mendarat. Dalam propaganda itu
mereka mengatakan Jepang datang bukan untuk menjajah Indonesia melainkan
memerdekakan bangsa Indonesia.
Setelah kedatangannya ke Indonesia, tentara ke 16 sebagai perwakilan
pemerintah militer Jepang di Indonesia membentuk suatu badan propaganda yang
disebut dengan Sendenbu. Badan ini berfungsi untuk mendukung pergerakan Jepang
di Indonesia. Melalui badan ini pula, “Gerakan 3A” dipropagandakan, yaitu:
Hikayat Hang Tuah adalah sebuah
karya sastra Melayu yang termasyhur dan mengisahkan Hang Tuah. Dalam zaman
kemakmuran Kesultanan Malaka, adalah Hang Tuah, seorang laksamana yang amat
termasyhur. Ia berasal dari kalangan rendah, dan dilahirkan dalam sebuah gubug
reyot. Tetapi karena keberaniannya, ia amat dikasihi dan akhirnya pangkatnya
semakin naik. Maka jadilah ia seorang duta dan mewakili negeranya dalam segala
hal.
Hang Tuah memiliki beberapa sahabat
karib: Hang Jebat, Hang Kesturi, Hang Lekir dan Hang Lekiu. Ada yang
berpendapat bahwa kedua tokoh terakhir ini sebenarnya hanya satu orang yang
sama saja. Hikayat ini berputar pada kesetiaan Hang Tuah pada Seri Sultan.
Bahkan ketika ia dikhianati dan dibuang, teman karibnya, Hang Jebat yang
memberontak membelanya akhirnya malah dibunuhnya. Hal ini sampai sekarang
terutama di kalangan Bangsa Melayu masih kontroversial. Siapakah yang benar:
Hang Tuah atau Hang Jebat?
Selain itu setting cerita ini adalah
di Malaka sekitar abad ke-14 Masehi. Sebab banyak diceritakan dalam hikayat ini
perseteruan antara Malaka dan Majapahit. Banyak kritik ditujukan kepada orang
Jawa dalam hikayat ini. Meskipun begitu senjata paling ampuh, yaitu sebilah
keris, berasal dari Majapahit. Malah Hang Tuah lima bersaudara dikatakan
menuntut banyak ilmu kebatinan dari petapa Jawa.
2.Hikayat Abdullah
Hikayat Abdullah bisa dikatakan
merupakan sebuah otobiografi. Hal ini membuat hikayat ini istimewa dalam
khazanah Sastra Melayu. Karya sastra ini ditulis pada pertengahan abad ke-19.
Abdullah yang bernama lengkap Abdullah bin Abdulkadir Munsyi adalah seseorang
dari keluarga terpelajar. Ia merupakan seorang keturunan Arab, dari Yaman.
Leluhurnya adalah guru agama dan guru bahasa Arab yang menetap di India Selatan,
lalu beristrikan seorang Tamil. Lalu mereka pindah ke Malaka.
Abdullah banyak menceritakan hal-hal
yang menarik dari paruh pertama abad ke-19. Misalkan mengenai kota Malaka dan
Singapura, beberapa tokoh seperti John Stamford Raffles, Lord Minto, Farquhar
dan Timmerman Thijssen. Selain itu ia banyak sekali menceritakan tentang
kehidupan sehari-hari bangsa Melayu kala itu. Pengarang ini juga dikenal karena
suka menulis karya sastra didaktis yang penuh dengan nasihat-nasihat.
3.Hikayat
Bayan Budiman
Hikayat Bayan Budiman adalah hikayat
Melayu yang menyadur kisah berbingkai dari India, Sukasaptati. Penulis
hikayat ini sendiri mengambil adaptasi yang berasal dari Persia. Menurut teks,
terjemahan dari Persia dilakukan oleh Kadi Hassan pada 773 H (1371 M). Hikayat
ini bercerita tentang seorang burung bayan yang mencoba mencegah seorang
perempuan muda yang hendak menyeleweng, dengan cara mengisahkan cerita-cerita
menarik.
4.Hikayat
Iskandar Zulkarnain
Hikayat Iskandar Zulkarnain adalah
kisah petualangan raja Makedonia Iskandar Zulkarnain (Alexander Agung) yang
ditulis dalam bahasa Melayu. Menurut Law Yock Fang, hikayat ini berawal dari
kisah-kisah yang disadur dari buku pengarang Yunani Mesir samaran Pseudo
Callisthenes, yang bertarikh abad kedua dan ketiga sebelum Masehi. Dalam
hikayat ini, diceritakan Iskandar mengunjungi berbagai negeri didampingi oleh
Nabi Khidhir. Salinan manuskrip terawal bertarikh adalah salinan Cod.Or.1696,
Perpustakaan Universiti Leiden.
5.Hikayat
Kalila dan Daminah
Hikayat Kalila dan Daminah adalah
sebuah hikayat dalam bahasa Melayu yang merupakan sebuah terjemahan dari bahasa
Arab. Tetapi karya sastra ini bukanlah sebuah karangan asli dalam bahasa Arab
pula, melainkan sebuah terjemahan dari bahasa Persia Kuna. Karangan dalam
bahasa Persia Kuna ini pada gilirannya merupakan terjemahan dari bahasa
Sansekerta. Dalam bahasa Sansekerta karya sastra ini disebut Panca Tantra.
Hikayat ini merupakan sebuah cerita
bingkai dan kisah-kisah yang diceritakan dalam hikayat ini banyak menampilkan
hewan-hewan dan binatang sebagai tokoh cerita. Seorang filsuf India yang hidup
diabad 3 Masehi. Menulis buku Hikayat Kalilah & Dimmah untuk Dabsyalim,
Raja India. Karyanya mengandung kisah-kisah alegoris atau kiasan dalam bahasa
binatang (fabel) yang dimaksudkan sebagai kritik dan nasihat kepada seorang
raja yang lalim. Melalui fabel-fabelnya, Baidaba bermaksud meluruskan berbagai
penyimpangan yang dilakukan sang Raja dalam sgenap sepak-terjang politik
kekuasaan dan perjalanan hidupnya. Karena kandungan kearifannya sangat berbobot
dan dituturkan dalam bahasa yang mudah di cerna, sehingga karyanya mampu
bertahan hingga sekarang.
Dalam hikayat ini disebut bahwa
pengarangnya bernama Baidapa. Konon nama ini merupakan sebuah bentuk yang sudah
rusak dari nama Sansekerta Widyapati yang bisa diartikan sebagai “Raja
Ilmu Pengetahuan”. Sedangkan judul hikayat Kalila dan Daminah konon merupakan
sebuah bentuk rusak dari Karna dan Damanataka.(**)
Naskah Kelileh va Demneh yang disalin pada 1429, dari Herat,
melukiskan seekor serigala yang mencoba menyesatkan singa.
6.Hikayah
Malim Demam
Isinya menceritakan percintaan anak Raja
Bandar Muar bernama Malim Demam dengan seorang putri dari kayangan bernama Putri
Bungsu.
Dengan pertolongan Nenek Kebayan Malim
Demam dapat berkenalan dengan Putri Bungsu, kemudian dinikahinya. Setelah
mempunyai seorang anak bernama Malim Dewana, Malim Demam tidak lagi
memperhatikan anak dan istrinya karena setiap hari waktunya dihabiskan untuk
mengadu ayam dan berjudi. Hal itu sangat memilukan hati Putri Bungsu. Karena
itu ketika Malim Demam tidak ada dirumah, dengan memakai baju terbangnya yang
selama ini disembunyikan oleh malim demam, sambil mendukung anaknya, terbanglah
Putri bungsu kembali ke kayangan. Setelah mengetahui, Malim Demam dengan segera
menyusul kekayangan setelah mendapat pinjaman baju terbang dari Putri Terus Mata.
Setelah berjumpa ayah Putri Bungsupun mengadakan pesta untuk meresmikan
perkawinan mereka. Setelah selesai berpesta Malim Demam bersama istrinyapun
kembalilah Kebandar Muar.
7.Hikayat anggiun cik tunggal
Isinya
menceritaka pengalaman Anggun Cik Tunggal dalam mencari neneknya yang telah
menjadi tawanan Raja Badurai Putih. Sepeninggalnya istri Anggun Cik Tunggal
yang bernama Putri Gondan Gandariah menikah lagi dengan Nahkoda Bahar yang
kemudian ternyata seorang penipu. Baru saja ijab kakabul diucapkan, maka Putri
Gondan Gandariahpun berubah menjadi Unka (sejenis
kera yang panjang tangannya dan tidak berekor). Nakhoda Bahar dibunuhnya.
Setelah
Anggun Cik Tunggal kembali dan mengetahui perihal istrinya itu maka segeralah
dicarinya, kemudian diobatinya sehingga sembuh. Tetapi tidak lama kemudian
kedua suami istri itu akhirnya menjadi unka
kembali karena kekuatan ilmu gaib anak Putri Raja Sianggararai bernama Kaca
Bertuang yang menjadi istri kedua Anggun Cik Tunggal.
8.Hikayat si miskin atau hikayat marakarma
Isinya menceritakan
seorang Dewa yang karena terkutuk diturunkan ke dunia menjadi manusia yang
karena melaratnya disebut Si Miskin. Dengan istrinya mempunyai seorang anak
laki-laki bernama Marakarma, yang berarti anak yang dalam kesengsaraan. Mereka
itu tinggal di dalam hutan yang terletak diwilayah Negri Entah Berentah, yang
diperintah oleh Maharaja Indera Dewa.
Pada suatu hari tatkala
si Miskin meriba Marakarma, berkatalah ia kepada anaknya itu demikian: “ jika
kamu benar-benar anak seorang dewa, kembalikanlah kemegahan orang tuamu dengan
menjadikan hutan ini menjadi kerajaan besar”. Si Miskin kemudian menamai
dirinya, istrinya dan kerajaannya berturut-turut dengan Maha Raja Indera
Angkasa, Ratna Dewi dan Puspa Sari. selanjutnya di kerajaan Puspa Sari itu
mereka dikaruniai seorang anak bernama Nila Kusuma.
Keadaan Kerajaan Puspa
Sari yang makin masyhur itu menyebakan iri hati Maha Raja Indera Dewa. Karena
itu ketika mendengar bahwa Maharaja Indera Angkasa akan memanggil para ahli
nujum dari negri entah berentah untuk menujungkan kedua anaknya itu, maka Maharaja
Indera Dewa pun menghasut para ahli nujum itu agar mereka itu menujumkan kedua
anak itu tidak baik dibiarkan tinggal dalam Kerajaan Puspa Sari karena amat
banyak celakanya.
Akibat penujuman itu, Maha
Raja Indera Angkasa membuang kedua anaknya itu dengan dibekali tujuh buah
ketupat, sebentuk cincin dan sebuah kemala. Tiga hari setelah peristiwa
pembuangan kedua anak itu, tiba-tiba Kerajaan Puspa Sari berubah kembali
menjadi hutan seperti semula. Setelah kejadian itu barulah Maha Raja Indera
Angkasa insaf bahwa ia telah diperdayakan orang. Kedua pasangan suami istri itu
akhirnya pergi mencari kedua anaknya, tetapi sia-sia.
Pada suatu hari Marakarma
ditangkap orang karena ketika ia hendak minta api untuk membakar burung hasi
tangkapannya untuk makanan adiknya ia disangka pencuri oleh mereka. Ia dibuang
ke laut dan setelah dibawa gelombang terdampar pada sebuah pulau yang dihuni
oleh sepasang raksasa. Ia ditawan oleh raksasa itu dan dimasukkan kedalam
tahanan bersama seorang tahanan puteri bernama Cahaya Khairani, anak Maharaja
Malay Kisna dari Nergi Mercu Indera. Secara diam-diam keduanya menjadi suami
istri dan berhasil meloloskan diri meninggalkan pulau itu setelah ditolong oleh
nahkoda sebuah kapal. Dalam kapal itu nahkoda kapal jatuh cinta pada Cahaya
Khairani. Agar dapat memperistrinya, maka Marakarma dibuang kedalam laut, yang
akhirnya ditelan oleh seekor ikan Nun
dan terus mengikuti arah kapal yang menuju Negeri Palinggam Cahaya, karena
nahkoda kapal itu bersahabat dengan Maha Raja Puspa Indera.
Sementara itu ikan nun yang telah menelan Marakarma
mendamparkan diri kepantai dekat tepian Nenek Kebayan. Setelah nenek kebayan
diberi tahu oleh seekor burung rajawali tentang adanya Marakarma dalam perut
ikan nun itu maka perhilah Nenek Kebayan ketempat ikan nun yang terdampar itu, dan setelah perut ikan itu ditorehnya
dengan daun padi, keluarlah Marakarma dengan selamat dan setelah itu ikan nun itupun kembalilah kedalam laut.
Marakarma dipelihara
baik-baik oleh Nenek Kebayan. Disitu ia membantu Nenek Kebayan membuat karangan
bunga yang hendak dijual ke kapal Cahaya Khairani. Disamping gubahan bunga yang
bayak itu, marakarma membuat pula sebuah gubahan bunga yang khusus dijual
kepada Cahaya Khairani. Pada gubahan bunga itu diletakkan sepucuk surat dan
sebentuk cincinnya. Membaca surat dan melihat cincin itu menagislah Cahaya
Khairani dengan sangatnya.
Pada suatu hari Permaisuri
Raja Puspa Indera, yakni manduratna, mengundang Cahaya Khairani untuk datang
bermain-main ke istananya. Di sitana itu Cahaya Khairani tiba-tiba menangis
tersedu-sedu bertemu dengan menantu Maharaja Puspa Indera yang bernama Mayang
Mengurai. Ketika ditanya mengapa ia menangis maka dikatakannya bahwa wajah Putri
Mayang Mengurai sama benar dengan wajah suaminya. Mendengar itu puteri mayang
mengurai berkeyakinan bahwa kakaknya, yakni Marakarma, tentu masih hidup.
Mayang Mengurai sendiri sebenarnya tidak lainialah Nila Kusuma yang dahulu
ditinggalkan seorang diri dalam hutan oleh Marakarma. Dihutan itu Nila Kusuma ditemukan
oleh Mangindera Sari, Putra Mahkota Maharaja Puspa Indera yang kebetulan sedang
berburukehutan itu, iapun dibawa pulang keistana ioleh Mangindera Sari. Di
istana ia dipelihara baik-baik oleh Maharaja Puspa Indera dan diberi namaMayang Mengurai, yang setelahg remaja
dinikahkan dengan Mangindera Sari.
Untuk mencari Marakarma
maka sekalian orang laiki-laki dalam Negri Palinggam Cahaya dikumpulkan oleh
Karena tak ada, maka bagindapun menyuruh memanggil Nenek Kebayan. Pada waktu Nenek
Kebayan pergi keistanaitulah , Marakarmapun
mengeluarkan Kemala Hikmat pemberian seorang Bota di tengah padang sulara mandi
dulu kepadanya. Ia minta seekor kuda semberani dan pakaian yang indah-indah
serta 40 orangf muda-muda sebagai pengiringnya. Setelah siap berangkatlah ia
keistana Puspa Indera dan disitu ia dapat bertemu dengan istrinya (Cahaya
Khayani) dan adiknya (Nila Kusuma). Ahirnya, nahkoda kapal dan orang-orang kampung
yang dahulu pernah membuang Marakarma kelaut semuanya dibunuh tatkala diistana
diadakan suatu pesta besar.
Setelah kejadian itu,
Marakarma pun mencari ayah bundanya yang telah jatuh miskin itu, setelah
bertemu, dikembalikannyalah Negeri Puspa Sari seperti pada kebesarannya dahulu.
Dalam perjalanan pulang di dataran Tinjau Maya Marakarma bertemu dan berperang
dengan Maha Raja Indera Dewa dari Negeri Entah Berentah, yang dahulu pernah
menjerumuskan orang tua Marakarma dengan jalan menghasut para ahli nujum.
Dahulu, di dekat Telaga Indera Semandra, Marakarma banyak memperoleh sahabat
yakni tujuh orang raja yang kini menolongnya untuk memperoleh kemenangan. Dalam
peperangan itu Maha Raja Indera Dewa tewas, putrinya yang bernama Nila Cahaya
dinikahkan dengan Raja Bujangga Indera, saudara Cahaya Khairani, yang kemudian
naik tahta di Negeri Entah Berentah. Setelah itu Marakarma mengunjungi
mertuanya, yakni Maharaja Malaikisna di Negri Mercu Indera dan disana ia
diangkat menjadi raja mengganti mertuanya. Sedangkan Mayang Mengurai mengikuti
suaminya Mangindera Sari yang telah diangkat menjadi Raja menggantikan ayahnya
di Negeri Malinggam Cahaya.
9.Hikayat Amir Hamzah
Hikayat ini
menceritakan keperwiraan pahlawan Amir Hamzah yakni paman Nabi Muhammad SAW,
yang terkenal keberanian dan jasanya dalam masa penyiaran agama Islam di Mekkah
dan Madinah. Amir Hamzah gugur dalam peperangan melawan orang-orang kafir
Mekkah di Kaki Gunung Uhud dekat Kota Madinah.
Hikayat Amir Hamzah berasal dari sastra persi,
kemudian di salin kedalam Bahasa Arab dan Bahasa Urdu (India).
Hikayat Amir Hamzah
yang ada dalam sastra Indonesia adalah salinan dari hikayat Amir Hamzah yang
berbahasa Urdu.
10.Hikayat Muhammad Ali Hanafiyah
Di dalam tarikh Islam kita telah mengetahui bahwa
Sayyidina Ali, yakni Kholifah yang keempat, selain tergolong salah seorang
sahabat Nabi Muhammad SAW, juga menjadi menantu beliau. Ia menikah dengan
Fatimah, anak putrid nabi dengan Siti Khodijah.
Dengan Fatimah, Sayyidina
Ali mempunyai dua orang anak bernama Hasan dan Husain, sedangkan dengan istri
kedua Sayyidina Ali mempunyai seorang anak laki-laki bernama Mohammad Ali
Hanafiah.
Isi Hikayat Mohammad
Ali Hanafiyah menceritakan keperwiraan Mohammad Ali Hanafiyah dengan menghadapi
musuh kaum islam.
Jasa Mohammad Ali
Hanafiyah yang pertama ialah mempertahankan dan membela kaumnya yang menjadi
pengikut ayahnya, yang terkenal dengan nama kaum Syiah. Kaum Syiah adalah
kaum yang mementingkan agama yang dengan gigih menentang kaum Mu’awiyah (umayaden). Mu’awiyah,
anak Abu Sofyan, adalah seorang bangsawan Mekkah yang lebih mementingkan
keduniawiyan dari pada keakhhiratan.
Waktu Sayyidina Ali
menjadi Khalifah, pengikut Mu’awiyah yang terkenal dengan Bani Umayyah, memberontak dan akhirnya
dapat mendirikan pemerintahan di Damaskus. (Damsyik), sedangkan mekah tetap
dikuasai oleh kaum Syi’ah.
Sayyidina Ali tidak
lama menjadi Khalifah kerena ia mati
terbunuh, kemudian diganti oleh anaknya tertua yang bernama Hasan. Tetapi Hasan
pun tidak lama memerintah karena meninggal diracun oleh musuh, kemudian diganti
oleh Husain. Dalam peperangan di padang Karbela, Husain mati terpenggal
kepalanya oleh tentara Yasid, Anak Mu’awiyah. Sepeninggal Husai Muhammad Ali
Hanafiyah tampil kemedan perang dengan gagah beraninya menghancurkan tentara
Yasid.
11.Hikayah Abu Nawas
Hikayat ini berasal
dari Baghdad, isinya menceritakan kecerdikan seorang anak muda bernama Abu
nawas, anak seorang Kadi dalam zaaman Raja Harun Al-rasyid. Raja brusaha hendak
menjadikan Abu nawas menjabat Kadi sebagai pengganti ayahnya yang telah berj=henti,
tetapi Abu Nawas dalam hatinya tidak menyukai jabatan itu. Untuk menggagalkan
maksud Raja itu, ada saja usahanya, antara lain berlaku seperti orang yang
kurang akal (gila). Akibatnya mengurungkan niatnya itu.
12.Hikayat Pandawa Jaya
adalah cerita yang mengisahkan epos atau wiracaritaMahabharata yang telah disadur ke dalam bahasa Melayu klasik. Penyadur Hikayat
Pandawa Jaya tidak menerjemahkan atau menyadurkannya dari bahasa Sanskerta, tetapi dari bahasa Jawa. Diperkirakan salah satu
sumbernya adalah kakawin
Bharatayuddha. Hal ini juga mendukung judul yang ditekankan adalah
kisah para Pandawa dan perang Bharatayuddha.
Karya sastra ini kadang-kadang juga
disebut sebagai Hikayat Pandawa Lima. Sebuah saduran lain dalam bahasa Melayu
dari kisah eposIndia
adalah Hikayat Seri Rama.
13.Hikayat
Siti Mariah
Buku ini menceritakan kondisi
Indonesia Pra kebangkitan nasional 1830-1890, menceritakan tentang romansa dan
pertikaian yang diceritakan dalam pabrik gula dan tebu yang selalu menjadi
objek cerita dalam setiap kisah-kisah pra kebangkitan nasional. Menggambarkan
kejamnya kolonialisme dan kejamnya jongos pribumi yang memakan daging rakyat
sendiri. Namun tidak serta merta juga menceritakan semua Belanda totok itu
jahat, ada juga diceritakan dengan perilaku baik seperti halnya Multatuli
yang mengkritik Pemerintahan Hindia Belanda dengan sistem tanam paksanya untuk
menggunakan politik balas budi.
Kisah Siti Mariah yang juga bernama
Urip, Mardi, Jongos Salimin, Babu Salimah, Nyonya Janda Esobier menjadi fokus
utama cerita yang berlika-liku dengan sebagian serba kebetulan adanya dibuat
oleh Haji Mukti yang dalam buku ini juga menjadi salah satu tokoh. Novel ini
juga dieditori oleh Pramoedya Ananta Toer menceritakan banyak kisah pergundikan
bagaimana para Belanda menjadikan mereka Nyai hanya untuk dipiara. Bagaimana
mereka harus lebih patuh pada Belanda totok.
Naskah asli hikayat ini yang bagian
sastra pra-Indonesia adanya di Leiden, Belanda dikumpulkan oleh Pram kemudian
disatukan, pernah diterbitkan dalam cerita bersambung dalam salah satu harian
Medan Prijaji 1910-1912 kemudian diterbitkan ulang dalam Lentera. Namun sayang
ada beberapa bagian hilang, namun tidak memutus alur pemikiran kita terhadap
jalan ceritanya.
Kisah ini berawal dari Wongsodorno
menjual Urip anak tirinya bocah 11 bulan kepada Joyopranoto dengan mengatakan
bahwa ibunya telah meninggal. Urip akhirnya besar bernama Siti Mariah menjadi
gadis cantik yang indo, ternyata anak dari Bupati Kedu yang Belanda totok
menghamili Sarinem seorang Nyainya. Akhirnya dipiara (dijadikan gundik) oleh
Kontrolir Pabrik Gula Henri Dam melahirkan Sinyo Ari dengan penuh lika-liku
yang akhirnya menikahi Belanda Totok Lucie, padahal menyayangi Siti Mariah dan
Sinyo Ari yang dijampi oleh Pemilik Pabrik Gula tersebut yaitu Nyonya Van
Holstein. Sampai mereka dipisahkan, berganti nama, dan menjalani hidup sebatang
kara. Tergambar jelas dalam hikayat ini.
Masing-masing tokoh saling berkaitan
sama lain, ada yang bersaudara dekat namun tidak satu ibu, dan berwajah indo
demikian salah satu penerapan pergundikan di zaman cultuursteelsel (tanam
paksa). Tanggal-tanggal penting dalam cerita ini tercacat dengan jelas oleh
penulisnya sehingga dengan mudah mengetahui periode terjadinya kisah dalam
hikayat ini yang bisa jadi merupakan penggalan kisah nyata dari penulis yang
menjadi saudara tidak seibu dari Siti Mariah, tokoh sentralnya.
14.Hikayat Seri Rama
Merupakan salah satu cerita adaptasi dalam bahasa Melayu dari epik Ramayana yang tersebar luas mulai dari India
sampai ke seluruh Asia Tenggara,
bersama dengan Hikayat
Maharaja Wana. Garis besar cerita masih sama dengan cerita aslinya
yang merupakan karyasastra berbahasa Sanskerta, tetapi ada perubahan dalam
penyebutan nama dan tempat menyesuaikan dengan lidah Melayu. Ramayana versi
Melayu telah dikembangkan oleh para sastrawan Melayu, sehingga mempunyai
perbedaan dengan versi aslinya, contohnya kisah Laksmana(Lakshman)
adik dari Seri
Rama yang diceritakan mempunyai peran yang lebih besar daripada
kakaknya, hal ini mirip dengan cerita Ramayana versi Laos
yaitu kisah Phra
Lak Phra Lam (Laksamasa dan Rama) yang juga memberikan perhatian
lebih besar kepada Laksamana daripada Rama.
Hikayat Seri Rama yang aslinya ditulis dalam huruf Jawi gundul, banyak menunjukkan
variasi ejaan nama karena juru salin tidak mengenali nama-nama tokoh ini secara
benar lagi. Bebera
15.Hikayat Negeri Johor
berkisah tentang sejarah raja-raja dari suku Bugis di Riau dan Selangor. Meskipun mengacu pada Johor,
judul ini sebenarnya tidak tepat. Tokoh utama dalam hikayat ini adalah Raja Haji
Fisabilillah, Yang Dipertuan Muda
IV dari Riau. Selain peperangan antara Raja Haji dan Belanda, dikisahkan juga perjalanan dan
hubungannya dengan raja-raja Melayu lain.
Bagian awal Hikayat Negeri Johor memusatkan perhatian pada Riau, dengan
sejarah Johor sebagai pengantar. Bagian akhir memusatkan perhatian pada
Selangor, yang masih kuat dipengaruhi oleh raja-raja keturunan Bugis ketika
Riau sudah dikalahkan Belanda.
16.Hikayat Raja Jumjumah
Hikayat ini menceritakan Isa (Yesus)
yang sedang berjalan di negeri Syam (Suriah). Maka beliaupun melihat sebuah tengkorak tergeletak di pinggir jalan. Lalu
ditanyalah tengkorak itu dahulu kala apa jabatannya. Kemudian tengkorak itu
berbicara dan berkata bahwa ia dahulu adalah seorang raja ternama bernama Raja
Jumjumah. Namun beliau pernah berbuat salah sehingga sampai mati dan tengkorak
terbuang dengan sia-sia. Kemudian oleh Isa tengkorak ini mendapat kesempatan
kedua dan dihidupkan kembali.
17.Siti Hasanah
Isinya menceritakan seorang raja yang lalim karena telah dihianati oleh
permaisurinya yang durjana. Sejak itu Raja berjanji dalam hatinya akan membunuh
setiap perempuan yang telah diperisterinya, setiap melam seorang. Untunglah hal
itu tidak sampai berlarut-larut, karena kehadiran seorang wanita yang cerdik
dan bijaksana dapat melembutkan hati raja yang lalim itu.
18.Hikayat Sang Bima
adalah sebuah hikayat dalam Bahasa Melayu yang mengisahkan petualangan
lima bersaudara Pandawa di Tanah Jawa. Menurut
kalimat-kalimat pembukaan hikayat ini pengarangnya seorang dalang bernama
Wisamarta, dalam masa pemerintahan Sultan Hasanuddin, raja Bima yang memerintah
1696-1731. Dengan demikian hikayat ini diperkirakan dikarang di Bima pada awal
abad ke-18.
Sebagian naskah hikayat ini ditemukan dalam dokumen yang berasal dari Makassar. Karena itu ada kemungkinan juga
Hikayat Sang Bima dikarang di sana.
19.Hikayat Banjar
merupakan sejarah Kesultanan
Banjarmasin, Indonesia. Teks ini
yang juga dikenali sebagai Sejarah Lambung Mangkurat, mengandungi
sejarah raja-raja Banjar di Kalimantan Selatan dan raja-raja Kotawaringin di
Kalimantan Tengah, karena itulah sering dinamakan Hikayat Banjar dan Kotawaringin.
Bagian akhir teks bertarikh dari 1663 atau sesudahnya; bagian awalnya
adalah lebih lama. Teks ini sepanjang 4,787 baris (120 halaman). Edisi teks
bersama penjelasan lanjut dari segi konteks sejarah budaya dan kesusteraan
diterbitkan oleh ahli filologi Belanda Hans Ras pada 1968.[1]
Dalam Hikayat Banjar, sering digunakan manira untuk kata ganti
orang pertama dan pakanira (pakenira) untuk kata ganti orang kedua yang
merupakan Bahasa Bagongan
20.Hikayat Raden
Kian Santang
Kian santang adalah Tokoh tasawuf dari tanah pasundan yang ceritanya
melogenda khususnya di hati masarakat pasundan dan kaum tasawuf di tanah air
pada umumnya.
Tokoh kian-santang ini pertama kali berhembus di kisahkan oleh raden
CAKRABUANA atau pangeran walangsungsang ketika menyebarkan islam di tanah
cirbon dan pasundan.pangeran cakrabuana adalah anak dari prabu sili-wangi atau
jaya dewata raja pajajaran, yang di lahirkan dari permisuri yang bernama nyai
subang larang ,subang-larang sendiri anak dari mubaliq kondang yaitu syeh
maulana-hasanudin atau terkenal dengan syeh kuro krawang
Mulanya yaitu ,Ketika raden walangsungsang memilih untuk pergi
meninggalkan galuh pakuan atau pajajaran ,yang di sbeapkan oleh keberbedaan
haluan dengan keyakinan ayahnya yang memeluk agama ”shangyang” , diriwayatkan
beliau berkelana mensyi’arkan islam bersama adiknya yaitu rara santang (ibu
dari syarif hidayatullah atau ”sunan gunung jti”).dengan membuka perkampungan
di pesisir utara yang menjadi cikal-bakal kerajaan cirebon atau kasunanan
cirebon yang sekarang adalah ”cirebon”
Logenda kian-santang sendiri diambil dari referensi kisah nyata, dari
tanah sunda tempo dulu yang ceritanya pada waktu itu tersimpan rapi di
perpustakaan kerajaan pajajaran. Karena pajajaran adalah yang menyatukan
kerajaan ”galuh” dan kerajaan ”pakuan”
,yang dimana kerajaan galuh adalah pecahan dari kerajaan ”sundapura” tempo dulu
, dan sunda pura sendiri adalah pecahan kerajaan taruma negara, yang di masa
prabu PURNA-WARMAN yaitu raja ketiga dari kerajaan taruma negara yang di pecah
menjadi dua yaitu tarumanegara dan sundapura .yang secara historic pajajaran
masih menjadi pewaris dari taruma negara
Di mana di kisahkan pada waktu itu yaitu abad ke 4m atau tahun 450m
pernah terdapat putra mahkota yang sakti mandraguna bernama GAGAK LUMAYUNG yang
dalam ceritanya ”di tataran suda dan sekitarnya ,tak ada yang mampu mengalahkan
ilmu kesaktiannya .hingga suatu saat datang pasukan dari dinasti TANG yang
hendak menaklukkan kerajaan tarumanegara. namun berkat gagak lumayung ,pasukan
TANG dapat di halau dan tunggang-langgang.
Semenjak itu raden gagak lumayung di beri sebutan ”KI AN SAN TANG” atau ”penakluk
pasukan tang” Di ceritakan sang kiansantang ini karena saking saktinya hingga
dia rindu kepingin melihat darahnya sendiri Sampailah di suatu ketika sa’at dia
mendapat wangsit di tapabratanya bahwah di tanah arab terdapat orang sakti
mandraguna
Konon : dengan ajian napak sancangnya raden kian santang mampu mengarungi
lautan dengan berkuda saja. ”Di mana dalam ceritanya ketika sampai di pesisir
beliau bertemu seorang kakek ,dan padanya dia minta untuk di tunjukan di mana
orang sakti yang kian santang maksud tersebut”.
Dan dengan senang hati si-kakek
tersebut menyanggupinya dan sementara dia mengajak beliau ”raden kiansantang”
untuk mampir dulu ke rumahnya.
Al-kisah setelah sampai di rumahnya tongkat dari sang kakek tersebut tertinggal
di pesisir dan minta raden kian santang untuk mengambilkanya ,konon dikisahkan
si-kian santang tak mampu mencabutnya sampai tanganya berdarah-darah ,disitulah
kian santang baru sadar kalau kakek itu adalah orang yang di carinya.
Dan akhirnya dengan membaca kalimah syahadat yang di ajarkan sang kakek tadi
”yang akhirnya menjadi guru spiritualnya” tongkat tersebut dapat di cabut .dan
siapakah kakek tersebut ?,ya dia adalah taklain dan tak bukan syaidina ali r.a
menantu dari baginda nabi muhamad s.a.w.
Cerita tersebut membumi sekali cerita tersebut di kisahkan oleh raden
walang sungsang atau pangeran cakrabuana sebagai media dakwah dan penyebaran
islam di bumi carbon Sehingga sampai sekarang banyak kalangan yang menyangka
raden walangsungsang adalah kian santang bahkan ada yang menafikan kian santang
adalah adik cakrabuana dan kakak dari rara santang.
Raden walangsungsang mengambil cerita ini dari perpustakaan kerajaan
pajajaran dengan pertimbangan karena kisah itu mirip dengan kisahnya yang di
mana kian santang setelah pulang dari arab dia ingin meng-islamkan ayahnya
prabu purnawarman namun di tolaknya dan kian santang memilih meninggalkan
istana dan tahtanya di berikan adiknya yaitu darmayawarman begitu pula raden
walang sungsang yang pernah merantau ke arab dan meningkahkan adiknya rara
santang dengan saudara anak sepupu darinya pernikahan berlangsum di mesir -yang
dari perkawinan ini lahirlah raden syarif hidayatullah atau sunan gunung jati. Keinginan
Walangsungsang untuk meng-islamkan prabu siliwangi di tolak mentah-mentah dan
ayahnya tidak ingin bertarung dengan anaknya maka dia memilih mensucikan diri
atau bertapa ”konon beliau menjelma macan putih”
Pengambilan kisah seperti ini pernah pula terjadi di kerajaan panjalu
atau kediri,
suaktu panjalu menaklukkan jenggala yang dimana dulunya jenggala dan panjalu
adalah kerajaan satu yaitu kahuripan yang di bagi dua oleh prabu airlangga
karena kedua anaknya menginginkan tahta semuanya :jenggala dan panjalu .
Pada waktu panjalu menaklukkan jenggala rajanya adalah prabu jayabaya
.atas permintaanya di suruhlah empu panuluh untuk menjiplak kitap maha barata
namun di ferifikasi gaya jawa Sebagai perlambang atas kemenangan perang saudara
panjalu atas jenggala. Juga kisah serupa pernah hadir ketika gerakan penyebar
islam WALI SONGO menurt banyak kalangan membuat cerita al-halaq fersi indonesia
yaitu syeh siti jenar
Yang sampai saat ini masih menjadi perdebatan dan polemik panjang oleh para
ahli sejarah di tanah air.
21.Hikayat
Bayan Budiman
Sebermula
ada saudagar di negara Ajam.Khojan Mubarok namanya,terlalu amat kaya,akan
tetapi ia tiada beranak.tak seberapa lama setelah ia berdoa kepada Tuhan,maka
saudagar Mubarok pun beranaklah istrinya seorang anak laki-laki yang di beri
nama Khojan Maimun.
Setelah
umurnya Khojkan maimun lima tahun,maka di serahkan oleh bapaknya mengaji kepada
banyak guru sehingga sampai umur Khojan Maimun lima belas tahun,ia di pinangkan
dengan anak saudagar yang kaya,amat elok parasnya,namanya Bibi Zainab.
Hatta beberapa lamanya khojan Maimun beristri itu,ia membeli seekor burung
bayan jantan.Maka beberapa di antara itu ia juga membeli seekor tiung
betina,lalu di bawanya ke rumah dan di taruhnya hampir sangkaran bayan juga .
Pada suatu
hari Khojan Maimun tertarik akan perniagaan di laut,lalu minta izinlah dia
kepada istrinya.Sebelum dia pergi ,berpesanlah dia pada istrinya itu,jika ada
barang suatu pekerjaan,mufakatlah dengan dua ekor unggas itu,hubaya-hubaya
jangan tiada ,karena fitnah di dunia amat besar lagi tajam dari pada senjata.
Hatta
beberapa lama di tinggal suaminya,ada anak Raja Ajam berkuda lalu melihatnya
rupa Bibi Zainab yang terlalu elok.Berkencanlah mereka unyuk bertemu melalui
seorang perempuan tua.maka pada suatu malam,pamitlah Bibi Zainab kepada burung
tiung itu hendak menemui anak raja itu,maka bernasehatkah di tentang
perbuatanya yang melanggar aturan Allah SWT.maka marahlah istri Khojan Maimun
dan disentakkannya tiung itu dari sangkarnya dan dihempaskannya sampai mati.
Lalu Bibi Zainab pun pergi mendapatkan bayan yang sedang berpura2 tidur.maka
bayan pun berpura2 terkejut dan mendengar kehendak hati Bibi Zainab perg
mendapatkan anak raja.maka bayan pun berpikir bila ia menjawab seperti tiung
maka ia juga akan binasa.Setelah ia sudah berpikir demikian itu,mak
ujarnya,"Aduhai Siti yang baik paras,pergilah dengan segeranya mendapatkan
anak raja itu.Apapun hamba ini haraplah tuan,jikalau jahat sekalipun pekerjaan
tuan,Insya Allah di atas kepala hambalah menanggungnya.Baiklah tuan pergi,karena
sudah di nanti anak raja itu.Apatah di cara oleh segala manusia di dunia ini
selain martabat,kesabaran,dan kekayaan?Adapun akan hamba,tuan ini adalah
seperti hikayat seekor unggas bayan yang dicabut bulunya oleh tuannya seorang
istri saudagar.
Maka
berkeinginanlah istri Khojan Maimun untuk mendengarkan cerita tersebut.Maka
Bayanpun berceritalah kepada Bibi Zainab dengan maksud agar ia dapat
memperlalaikan perempuan itu. Hatta setiap malam,Bibi Zainab yang selalu ingin
mendapatkan anak raja itu,dan setiap berpamitan dengan bayan ,maka di berilah
ia cerita2 hingga sampai 24 kisah dan 24 malam burung tersebut bercerita,hingga
akhirny lah Bibi Zainab pun insaf terhadap perbuatanya dan menunggu suaminya
Khojan Maimum pulang dari rantauannya.
22.Hikayat Caya Langkara
Hikayat Caya Langkara mengisahkan seorang wira bernama Caya Langkara yang
berusaha untuk mendapatkan bunga kuma-kuma putih bagi mengubati penyakit
ayahandanya. Dalam usahanya, Caya Langkara telah berhadapan dengan
perbagai-bagai rintangan dan halangan untuk mendapatkan bunga tersebut. Pada
tingkat inilah dibuktikan keunggulan Caya Langkara sebagai wira yang berjaya
mengatasi rintangan dan halangan tersebut.
23.Hikayat Merong Mahawangsa
Hikayat Merong Mahawangsa
atau Sejarah Kedah adalah
hikayat yang menceritakan susur galur Merong
Mahawangsa dan pengasas Kedah, sebuah negeri di Malaysia. Sungguhpun terdapat beberapa
fakta sejarah, ia turut mengandungi dakwaan yang mengkagumkan. Era yang
dirangkumi oleh teks ini bermula dari pembukaan negeri Kedah oleh Merong
Mahawangsa, yang didakwa sebagai keturunan Iskandar Agung dari Macedonia sehingga ketibaan Islam pada abad ke-12 M.
Merong Mahawangsa merupakan penganut Hindu dan terdapat sembilan pemerintah
Hindu sebelum Phra Ong Mahawangsa memeluk Islam pada 1136 dan mengambil nama
Sultan Mudzafar Shah. Hikayat ini turut menggambarkan serangan Chola ke atas Kedah.
24.Hikayat Pandawa Lima
'Hikayat Pandawa Lima merupakan sebuah manuskrip Melayu silam. Ia mengisahkan mengenai
pengembaraan Pandawa lima bersaudara. Hikayat Pandawa
iaitu berkenaan cerita keluarga Pandu dari kitab Hindu Mahabharata. Hikayat ini
sungguh pun bercorak Hindu-Jawa, tetapi kandungannya banyak menggunakan
perkataan-perkataan Arab.
Hikayat ini merupakan salah satu judul yang tercatat dalam daftar
Wemdly yang ditulis pada T.M. 1736, menujukkan ia telah wujud
sebelum tarikh tersebut lagi. Tarikh sebenar manuskrip ini diperdebatkan,
tetapi tarikh yang dicadangkan antara tiga penyelidik adalah bahagian kedua
abad keempat belas (Brakel), tidak lewat dari awal abad ke enam belas
(Barginsky), abad ke enam belas (Khalid). Brackel dan Creese menegaskan tarikh
yang lebih awal berdasarkan dapatan bahawa versi bahasa Melayu ini berasaskan
tulisan kekawin Jawa Kuno dan bukannya versi Jawa lebih moden.
25.Hikayat
Raja Khandak
Hikayat Raja Khandak mengisahkan mengenai antara pahlawan-pahlawan Islam yang termasyur gagah berani pada
zaman Rasulullah ialah Sayyidina 'Ali ibn Abu Talib, iaitu suami Fatimah,
puteri Rasulullah. Kisah keberanian dan kegagahan Sayyidina 'Ali ada terkandung
di dalam Hikayat Raja Khandak (ad a orang menyebut Hondok). Di-dalam hikayat
ini meriwayatkan apabila 'Ali bertempek di medan perang suaranya seperti
halilintar membelah bumi; pedangnya yang bernama Dzulfakar itu apabila di hunus
memanjangkan diri hingga saujana mata memandang, demikian juga peri ketingkasan
kudanya yang bernama Duldul itu sebagai terbang lakunya. Oleh keberanian dan
kegagahan 'Ali hingga ia digelar dalam hikayat itu "'Ali Harimau
Allah."
Menurut sejarah Islam 'Ali ialah orang yang mula-mula menjadi pengikut
Rasulullah selain dari Khadijah, isteri Rasul ullah. 'Ali sentiasa mengikut
Rasulullah terutamanya dalam peperangan yang penting-penting; ia diangkat
menjadi khalifah Islam yang keempat tetapi tiada di-akui: oleh Mu'awiah ibn Abi
Sufian serta pengikut-pengikutnya yang terkenal dengan gelaran Bani Umaiyah,
maka akhirnya peperangan telah berlaku di-antara kedua pihak itu.
Menurut ceritanya Ali telah mati ditikam oleh gembala kudanya yang
diupah oleh Mu'awiah, ia-itu tatkala 'Ali hendak ka-masjid.
'A1i dengan isterinya, Fatimah, puteri Rasu1ullah, mempunyai dua orang
putera Hasan dan Husain, tetapi dengan isterinya yang lain ia mempunyai seorang
putera lagi bernama Muhammad 'A1i Hanafiah.
26.Hikayat Raja-raja Pasai
Hikayat Raja-Raja Pasai atau juga Hikayat Raja Pasai menceritakan
kisah raja-raja di negara Islam pertama di Asia Tenggara kini yang bernama Pasai. Hikayat Raja-Raja Pasai dianggap
hasil kesusasteraan Melayu, mengisahkan masyarakat Melayu dan menggunakan
bahasa Melayu (tulisan Jawi). Tidak dapat dipastikan tarikh awal hikayat ini
ditulis kerana pada masa itu tradisi menceritakan semula cerita orang lain
(seperti yang dilakukan pada cerita lisan) berlaku dan dianggap sebagai sesuatu
yang wajar. Perhatikan bahagian awal petikan Hikayat Raja Pasai yang berikut
ini:
Alkisah peri mengatakan cerita raja yang
pertama masuk agama Islam ini Pasai; maka adalah diceriterakan oleh orang yang
empunya cerita ini, negeri yang di bawah angin ini, Pasailah yang pertama
membawa iman akan Allah dan akan Rasulullah. Maka ada raja dua bersaudara
seorang namanya Raja Ahmad dan seorang namanya Raja Muhammad. Adapun yang tua
Raja Ahmad. Maka baginda kedua bersaudara itu hendak berbuat negeri di
Samarlanga.
Artifak
seperti makam Sultan Malik al Salih menunjukkan
Pasai terletak di Kampung
Geudong, Lhokseumawe, utara Aceh, pulau Sumatera, Indonesia. Teks ini ditulis dalam bahasa Melayu menggunakan tulisan tangan
huruf jawi pada lembaran - lembaran berbentuk
buku. Penyelidik menyatakan teks asal ditulis sekitar 1360 m kerana sezaman dengan buku tasauf
Durru al Mazlum / Darul Mazlum karya Maulana Abu Ishak.
27.Hikayat Shahrul Kamar
Hikayat Shahrul Kamar atau
juga dikenali sebagai Hikayat Shah Kobad merupakan sebuah hikayat lama Melayu yang terpengaruh oleh corak
kesusasteraan Hindu-Jawa. Ia telah diterbitkan semula dalam bentuk bercetak
oleh DBP.
Hikayat Shahrul Kamar merupakan sebuah hikayat lama yang bercorak
campuran Parsi Hindu ciptaan sebelum T.M. 1736, yang ada tercatit namanya di
dalam daftar Werndly dengan nama Hikayat Shah Kobad. Aliran bentuk
hikayat ini banyak mencontohi Hikayat Seri Rama.
28.Kuda
Perwira dan Kuda Peranca yang Gagah Perkasa
Meresmikan berdirinya suatu kerajaan
baru tiadalah sukar. Dengan beberapa patah kata, dengan pengumuman ringkas,
orang bisa lekas tahu. Janji bisa lekas dilupakan orang jika tanpa bukti, tanpa
ujud yang dapat dirasakan adanya.
Membangun, memajukan dan mempertahankan
kedaulatan Negara merupakan tugas yang maha berat bagi Panji Semirang. Hal itu
disadari benar olehnya dan berkat dorongan kemauan yang kuat, segala sesuatunya
berjalan baik juga.
Tampak dua orang penjaga pintu gerbang.
Elok paras mukanya. Galak-galak sorot matanya. Langkahnya gagah seperti
pahlawan yang tak kenal takut.
Itulah Ken Bayan dan Ken Sanggit,
dayang-dayang yang berpakaian pria dan berganti nama pula. Yang seorang bernama
Kuda Perwira dan yang seorang lagi dipanggilkan Kuda Peranca.
Tugas mereka berat. Mereka harus
mencegah orang-orang yang lewat, baik yang datang dari arah Kuripan menuju
Daha, maupun sebaliknya. Hanya orang-orang Gagelang dibolehkan terus berjalan
tetapi yang lain harus dipaksa menghadap Panji Semirang. Kuda Peranca matanya
beringas melihat serombongan pedagang yang hendak lalu. Ujung kumis palsu
dipelintir, supaya kelihatan bertambah bengis. Tangan kiri memegang tombak. Tangan
kanan bertolak pinggang. Berjalan gagah seperti juara silat. Pangkal tombak
ditumbukkan ke tanah. Mulut membentak, "Berhenti!" Para pedagang
kecil hatinya melihat tingkah laku Kuda Peranca, lalu berhenti berjalan.
"Kalian dari mana ? Mau ke mana
?"
"Kami dari Gegelang," jawab
seorang kepala rombongan pedagang.
"Semua dari Gagelang ?"
"Betul! Kami hendak
berdagang."
"Hem! Dari Gagelang !" Kuda
Peranca berkata sendirian sambil menatap pedagang-pedagang itu seorang demi
seorang. Tangan memelintir ujung kumis palsu.
"Kabarkan kepada orang-orang di
negeri kalian tentang negeri kami. Raja kami ialah Sri Baginda Panji Semirang
Asmarantaka. Raja gagah perkasa tapi adil."
Demikian perintah Kuda Peranca kepada
pedagang-pedagang itu. Maksudnya agar supaya nama Panji Semirang dikenal orang
di mana-mana.
"Baik Raden!" sahut para
pedagang itu serentak.
''Kalian boleh lewat," kata Kuda
Peranca.
Kemudian berjalanlah rombongan pedagang
itu dengan hati lega, diikuti oleh pandangan mata Kuda Perwira dan Kuda
Peranca.
Selang beberapa jam sesudah itu, tampak
pula serombongan orang yang hendak lalu. Kuda Peranca dan Kuda Perwira
bersiap-siap hendak menegur bersama-sama. Sebab orang-orang yang hendak lewat
itu agak besar jumlahnya.
"Berhenti !" teriak Kuda
Peranca dan Kuda Perwira dengan suara lantang.
"Kalian dari mana ? Mau ke mana
?"
"Kami dari negeri Mentawan. Kami
hendak pergi ke negeri Kuripan, Raden," sahut kepala rombongan.
"O, dari negeri Mentawan? Apa
maksud kalian ke Kuripan?" tegur Kuda Peranca.
"Macam-macam Raden. Ada yang hendak
berdagang, ada yang hendak menjual tenaga atau ada juga yang hendak
menyelenggarakan tontonan. Seperti lais, ronggeng, debus, sunglap, dan
macam-macam lagi pertunjukan."
Jadi kalian semua dari negeri Mentawan
?" Kuda Perwira minta ketegasan sekali lagi.
"Betul, Raden."
Kuda Peranca dan Kuda Perwira saling
memandang. Kemudian Kuda Perwira berkata, "Kalian dilarang meneruskan
perjalanan ke Kuripan. Kalian mesti ikut kami menghadap Sri Baginda Panji
Semirang Asmarantaka. Raja adil dan budiman. Di negeri kami, kalian boleh
mencari nafkah hidup. Sumber penghidupan luas terbuka bagi siapa pun."
Kuda Perwira berhenti berbicara.
Memandang muka para pedagang yang tampak tidak setuju dan agak kesal hatinya.
Mereka merasa dibegal dan bakal menderita rugi. Berdagang di Kuripan sudah
kelihatan untungnya, sebab sudah banyak langganan di sana. Sedangkan di negeri
yang baru itu segala-galanya belum tentu.
"Kami tidak setuju, Raden ! Kami
harus meneruskan perjalanan ke Kuripan. Langganan menunggu kedatangan kami di
sana," sahut kepala rombongan pedagang. Dan serentak pula
pedagang-pedagang itu bangkit hendak berjalan.
Kuda Peranca marah. Sambil menumbukkan
pangkal tombaknya ke tanah ia membentak, "Siapa-siapa tidak mau menurut
perintah, kami tangkap. Yang berani melawan dengan kekerasan kami bunuh !
Mengerti ?"
"Mengerti, Raden! Kami menurut saja
kehendak Raden." Demikian sahut orang-orang dari rombongan kesenian. Maka
timbullah perpecahan di antara orang-orang negeri Mentawan itu. Segolongan
menurut dan segolongan yang lain membangkang.
Enam orang pedagang yang pemberani,
serentak mencabut keris masing-masing. Terus menyerang Kuda Peranca dan Kuda
Perwira. Timbullah pertikaian. Dua lawan enam! Dengan sigap kedua prajurit itu
memainkan tombak masing-masing. Mempertahankan diri. Tangkai tombak dipegang
sama tengah. Dengan cara demikian mereka bisa memukul penyerang dengan ujung
dan pangkal tombak. Tak! Musuh kena pukul pangkal tombak. Musuh sempoyongan.
Cos! Mata tombak ditusukkan ke perut musuh. Sur! Darah membersit membasahi
tanah. Musuh jatuh — mengerang kesakitan — berdengus-dengus napasnya — akhirnya
mati.
Dua penyerang sudah terang jadi mayat.
Yang empat lagi luka-luka berat. Keenam-enamnya bergeletak di tanah tanpa
daya. Orang-orang Mentawan itu menjadi takut semua kepada Kuda Perwira dan
Kuda Peranca. Mereka menurut tanpa syarat segala perintah kedua prajurit itu.
Kemudian terus digiring untuk menghadap Sri Baginda Panji Semirang.
Dengan kata-kata lemah-lembut, dengan
sikap yang menarik, Baginda Raja menyampaikan sabdanya, "Dengan rasa
persaudaraan, rakyat kami menyambut kedatangan kalian di negeri kami. Rakyat
kami mengajak kalian bekerja bersama-sama; secara gotong royong membangun
negeri kami sehingga menjadi bertambah makmur. Kehidupan kalian kami jamin."
Selanjutnya Sri Baginda memerintahkan
rakyat untuk menghibur orang Mentawan dengan makan minum. Tiap keluarga harus
menerima dua tiga orang tamu di rumah masing-masing. Kemudian secara gotong
royong mendirikan perkampungan baru. Setelah itu mengadakan keramaian di
alun-alun.
Orang-orang Mentawan senang hatinya
mendengar sabda Sri Baginda sedemikian. Hilanglah takut mereka dan timbul rasa
persaudaraan dengan rakyat Baginda Raja Panji Semirang. Lambat laun mereka
merasa betah tinggal di negeri baru itu. Dengan sukarela orang-orang Mentawan
menyatakan hendak menjadi rakyat Sri Baginda Panji Semirang Asmarantaka. Dengan
demikian bertambah banyaklah rakyat Sri Baginda. Keadilan dan kemakmuran yang
dijanjikan Sri Baginda menjadi kenyataan, oleh karena rakyat sendiri patuh dan
giat bekerja, rajin usaha; masing-masing menurut kecakapannya sendiri-sendiri.
Barangsiapa merasa belum cakap bekerja pasti mendapat bimbingan. Barangsiapa
menghadapi kesulitan, pasti diberi pertolongan. Yang sakit, yang papa atau pun
cacat dirawat baik-baik. Anak-anak muda dilatih membuat alat perkakas pertanian
dan alat perang. Juga dilatih menjaga keamanan negeri. Barangsiapa
memperlihatkan kecakapan dan kerajinan bekerja yang luar biasa, pasti
dikaruniai hadiah oleh Sri Baginda.
Nama Baginda Panji Semirang semakin
harum tersiar ke mana-mana. Semakin banyak rakvat berasal dari Daha, dari
Kuripan, dan dari Mentawan pada pindah ke negara Panji Semirang. Banyak di
antara orang-orang pendatang itu yang hidup makmur dan beroleh pangkat dalam
kerajaan. Ada orang asal Daha menjabat pangkat menteri, ada orang asal Kuripan
menjadi demang atau temenggung. Tidak sedikit pula orang-orang asal Mentawan
yang menjabat pangkat bupati.
Sementara itu Raja Mentawan bersedih
hati, oleh karena rakyat banyak yang pindah ke negeri Baginda Panji Semirang.
Tidak hanya rakyat biasa, melainkan juga orang-orang berpangkat pada
meninggalkan tempat, kemudian menjabat pangkat di negeri Panji Semirang.
Negeri Mcntawan semakin lemah, semakin
mundur. Raja Mentawan cemas hatinya dan merasa takut kalau-kalau negerinya
akhimya diserang dan dijajah Baginda Panji Semirang.
Menumt dugaannya Baginda Panji Semirang
itu orangnya jahat, ganas. Badannya tinggi besar seperti raksasa. Gagah perkasa
tanpa tanding.
"Jika negeriku diserang, rakyatku
rusak binasa. Permaisuri dan kedua putriku pasti menjadi korban juga. Dijadikan
seperti barang rampasan." Demikian pikir Raja Mentawan. Perasaannya rusuh.
Pikirannya kelam kabut. Lebih-lebih mengingat kepada kedua putrinya, Puspa
Juita dan Puspa Sari.
Pada suatu hari isi keraton Mentawan
menjadi gempar. Beratus-ratus orang dari desa-desa pinggiran,
berbondong-bondong menuju ibu kota. Sebab di perbatasan negeri, tampak pasukan
tentara Baginda Panji Semirang. Orang-orang menduga negeri Mentawan akan diserang
musuh yang sangat kuat.
Raja Mentawan segera mengutus Patih
pergi ke perbatasan untuk menyelidiki benar tidaknya kabar yang disampaikan
orang-orang pengungsi itu. Patih bersama-sama hulubalang dan beberapa prajurit
segera berangkat ke perbatasan. Betul! Dari jauh sudah kelihatan betapa banyak
lasykar musuh yang sedang berkemah di sana. Dengan hati berdebar-debar Patih
terus mendapatkan hulubalang pasukan Panji Semirang dan minta izin hendak
menghadap Sri Baginda. Permintaan Patih diperkenankan. Dengan dihantarkan
Hulubalang Kuda Perwira dan Kuda Peranca, Patih menghadap Sri Baginda Panji
Semirang.
Patih terkejut ketika melihat Sri
Baginda yang sangat cantik itu. Sungguh di luar dugaan ! Sebab ia menduga akan
berhadapan dengan seorang raja yang serba kasar tingkah lakunya; yang jahat dan
bengis perangainya. Tetapi kiranya ia berhadapan dengan raja yang gagah perkasa
tapi molek cantik. Sangatlah kagum Patih melihat kecantikan paras Sri Baginda
Panji Semirang! Serasa menghadap sang Dewa Kamajaya dari keindraan.
"Paman Patih ! Harap Paman
sampaikan sembah sujud kami ke hadapan Paduka Sri Baginda Mentawan. Jika Paduka
Raja berkenan hati kami bermaksud hendak menghadap untuk mengeratkan
silaturahmi kami dengan Paduka Raja. Kami menunggu balasan Paduka Raja, Paman."
Demikian sabda Baginda Panji Semirang.
Bukan main-main lega hati Patih
mendengar sabda Baginda Panji Semirang demikian. Dengan khidmat Paman Patih
bersembah, "Hamba junjung setinggi-tingginya sabda Paduka. Hamba mohon
diri."
Patih segera naik kuda. Terus kembali ke
istana Mentawan. Kegemparan di istana mendadak menjadi reda. Kegelisahan hati
segera hilang lenyap, setelah Patih mempersembahkan berita dari perbatasan itu.
Dan segera pula Baginda Raja menitahkan Patih mengatur segala persiapan untuk
menyambut kedatangan tamu agung Sri Baginda Panji Semirang. Permaisuri, Puspa
Juita dan Puspa Sari berpeluk-pelukan, tertawa-tawa oleh karena hatinya terlalu
girang. Girang oleh karena mereka tidak jadi diancam malapetaka, tetapi
sebaliknya bakal mendapat kehormatan menerima kunjungan muhibah Sri Baginda
Panji Semirang yang sudah masyhur namanya itu.
Tak lama kemudian kedengaranlah suara
gamelan dan macam-macam bunyi-bunyian, pertanda tamu agung beserta pengiringnya
sudah tiba. Dan kedengaran pulalah sorak sorai rakyat Mentawan yang menyambut
tamu agung itu sepanjang jalan.
Rakyat Mentawan berdesak-desakan,
berjejal-jejal, karena ingin jelas melihat Sri Baginda yang masyhur karena
cantik dan gagah perkasanya itu; yang dikabarkan sebagai penjelmaan Dewa
Kamajaya itu.
Raden Panji nan cantik jelita, naik kuda
berwarna putih bersih. Menyambut rakyat Mentawan dengan senyum manis. Senyum
mesra, tanpa dibuat-buat ke luar dari kalbu bersih sang Nata.
Banyak gadis lupa akan tunangan, karena
hati terpikat Raden Panji. Mata memandang tanpa kedip, mulut ternganga lebar.
Jantung berdebar-debar, kaki tak berasa capek mengikuti Sri Baginda yang naik
kuda. Nenek-nenek lupa akan rambut sudah putih, bertingkah seperti gadis
remaja. Hendak berlari menyongsong Baginda jelita, tapi kaki kaku tak mau
diajak cepat-cepat melangkah. Tinggallah nenek berdiri sendirian, seperti
orang-orangan di tengah sawah. Jika kakek tidak menyeret pulang, maulah nenek
menunggu sampai Sri Baginda nanti kembali.
Jika nenek melihat cermin barulah ia
sadar, bahwa masa muda sudah lama meninggalkan dia.
Permaisuri mentawan dan kedua putrinya
berdiri tertegun. Matanya terbelalak seperti mata belalang melihat Sri Baginda
Raja Panji Semirang masuk istana, terus menyembah dengan hormatnya di hadapan
Sri Baginda Raja Mentawan. Istana sunyi senyap, orang-orang mulutnya bungkam,
berdiri seperti patung-patung; seperti dikuasai tenung.
Tutur kata, gerak-gerik Sri Baginda
Panji Semirang sangat menarik perhatian orang-orang Mentawan.
Selesai bersantap sambil beramah-tamah,
Panji Semirang mohon diri. Lalu menitahkan bersiap-siap untuk meninggalkan
negeri Mentawan. Kunjungan muhibah Sri Baginda Panji Semirang sesungguhnyalah
meninggalkan kesan baik yang takkan mudah dilupakan oleh rakyat Mentawan.
Untuk menambah eratnya hubungan
persaudaraan, Puspa Juita dan Puspa Sari diizinkan ayahanda Raja untuk turut
serta dengan Sri Baginda Panji Semirang ke negerinya. Untuk melayani kedua
putri itu, dua emban turut pula, yaitu Ken Pamonang dan Ken Pasirian.
Hari malam ketika Baginda Panji Semirang
masuk istana. Mahadewi menyambut dengan senang gembira kedatangan Panji
Semirang. Setelah bercakap-cakap sejenak dengan Mahadewi, Panji Semirang pergi
bersiram dengan air kembang yang harum baunya. Pakaian prianya ditanggalkan,
rambutnya diurai, lalu bersiram dan berlangir. Baginda Panji Semirang beralih
rupa kembali menjadi Galuh Cendera Kirana.
Dalam bilik tertutup, di malam sunyi,
Cendera Kirana menyepi seorang diri. Putri ayu hendak melepaskan pikiran dari
segala kesibukan kerja sebagai raja — ingin kembali menjadi manusia biasa
sepanjang malam — ingin menurutkan bisikan hati yang rindu kepada Raden Inu
Kartapati di Kuripan. Sambil berbaring di atas tilam empuk yang beralaskan kain
sutera indah, Cendera Kirana mencium boneka emasnya. Anak-anakan itu
ditimang-timang, didendangkan nyanyian-nyanyian merdu, dipeluk, didekap, diajak
berbicara. Semua isi hati dicurahkan Cendera Kirana kepada boneka kencana.
Legalah hati Kirana. Kemudian hanya napasnya jugalah yang sayup-sayup sampai
kedengaran dalam bilik itu. Putri ayu mengembara di alam mimpi.***
29.Hikayat Bakhtiar
Cerita ini berasal dari sastra persi dan
merupakan cerita berbingkai. Isi buku ini menceritakan seorang anak raja Azad
Bakh. Raja itu Karen akalah perang , bersama permaisurinya melarikan diri .
dalam sebuah hutan, permaisuri melahirkan seorang anak laki-laki yang karena
taka kuasa membawanya ditinggalkan dalam hutan itu. Seorang kepala penyamun
menemukan anak-anak itu, kemudian dijadikan anak angkatnya. Setelah anak itu
besar ketika ikut ayahnya menyamun ia ditangkap oleh raja. Melihat wajah anak
itu raja tertatik kemudian dipeliharanya dan dijadikan pegawai istana. Anak itu
oleh raja diberi nama Bahktiar.
Karena kecerdasan dan keberaniannya
Bakhtiar selalu naik pangkat. Hal itu menyebabkan sepuluh orang pegawai istana
yang lain menjadi iri hati. Bakhtiar difitnah berbuat jahat terhadap putrid
raja, sehingga ia dijatuhi hukuman.
Pada suatu hari ketika Bakhtiar hendak
dijatuhi hukuman mati, tiba-tiba datanglah kepala penyamun itu dan memberitahukan
siapa sebenarnya Bakhtiar itu. Mendengar cerita kepala penyamun itu, barulah
raja mengerti bahwa bahtiar adalah anaknya sendiri. Akhirnya bakhtiar diangkat
menjadi raja menggantikan ayahnya, sedangkan kesepuluh orang yang memfitnah
tersebut dijatuhi hukuman.
30.Hikayat
Seribu Satu Malam
(bahasa Arab: كتاب ألف ليلة وليلة Kitāb
'Alf Laylaṯ wa-Laylaṯ, bahasa Parsi: هزار و یک شب Hazâr-o Yak
Šab) ialah sebuah karya kesusasteraan Timur Tengah Zaman Pertengahan yang
mengandungi hikayat-hikayat yang diceritakan oleh Scheherazad (bahasa Parsi: Shahrastini) kepada
suaminya. Suaminya pun tidak jadi hendak menghukum bunuhnya dan biar dia hidup
untuk satu lagi hari.
Karya "Seribu Satu Malam" terdiri daripada koleksi hikayat yang
dipercaya berasal daripada hikayat-hikayat Parsi, Arab dan India. Cerita-cerita
teras mungkin berasal dari India dan disusun dalam sebuah karya Parsi yang
bertajuk Hazar Afsanah ("Seribu Legenda"). Susunan Arab Alf
Layla ("Seribu Malam") yang wujud pada kira-kira 850,
mungkin merupakan terjemahan singkat untuk Hazar Afsanah. Sebilangan
unsur-unsurnya boleh didapati dalam sajak Odyssey yang dikatakan ditulis oleh Homer,
seorang pemuisi Yunani.
Dalam kesusteraan Melayu, hikayat ini yang diterjemahkan atau disadur
dari salah satu naskah Arab pada abad ke-14 M, juga dikenali sebagai Hikayat
Alfu lailah wa-iailah[1]yang dikelaskan sebagai cerita-cerita berbingkai.
Nama terkininya, Alf Layla wa-Layla (terjemahan harfiah:
"Seribu Malam dan Satu Malam", iaitu "1001 Malam") mungkin
muncul pada masa yang tidak diketahui pada Zaman Pertengahan, dan membayangkan
gagasan nombor
terhingga trans kerana 1000 mewakili infiniti konsepsi di kalangan
ahli-ahli matematik Arab. Menurut legenda, sesiapa yang membaca seluruh koleksi
ini akan menjadi gila. Ciri tersendirian Seribu Satu Malam telah direka pada
beberapa abad, oleh banyak orang dan dalam karya berlainan, dan banyak telah
menjadi termasyur dalam hak mereka tersendiri. Contoh-contoh terkenal termasuk Aladdin, Ali Baba dan
Empat Puluh Penyamun, dan Tujuh
Pengembaraan Sinbad seorang Pelayar.
Daftar Pustaka
Wirjosoedarmo,
Soekono. 1990. Sastra Indonesia Klasik:
Sastra Melayu Indonesia Untuk Sekolah Menengah. Surabaya: Sinar Wijaya.
Mustafa Mohd Isa. 1994. Kajian Teks
Melayu Klasik Terpilih. JMK312. PJJ PPLK USM .
Fajar Bakti. 1987. Hikayat
Raja-Raja Pasai. Kuala Lumpur.
dan diunduh pada tanggal 06 Pebruari 2011 dari beberapa
alamat berikut ini: